Jam 23.09 WIB, akhirnya semua selesai setelah 9 jam di depan layar laptop sambil mengetuk papan keyboard laptop tua ini dengan jari jemariku. Ya, lelah memang terutama mata ini. Untungnya aku kopi arabica kesukaanku yang sebelumnya sudah ku siapkan. Walau sebenarnya tempatku berkumpul itu di caffee, tapi maaf saja aku tidak ingin mengeluarkan uang lebih untuk kopi yang entah aku suka atau tidak. Revisi, revisi, kata-kata itu yang selalu ku dapatkan. Kesal rasanya setelah 3 malaman mengerjakan laporan untuk kepentingan musyawarah nanti. Hampir 90% isinya hampir direvisi. Benar-benar menguras waktu dan tenaga. Lelah? Semua orang yang berakal akan mengenal lelah, kecuali orang itu adalah mesin tak berotak yang sudah terprogram sedemikian rupa untuk melakukan sesuatu secara sistematis dan berulang-ulang. Semua itu kembali lagi ke sugesti orang itu sendiri sebenarnya.
Itu untuk pembukaan saja. Apa yang ingin aku sampaikan disini bukan masalah bagaimana diriku ini jenuh karena aktivitas yang kujalani ini. Tapi bagaimana aku merasakan betapa kejamnya idealis seseorang sampai bisa mematikan tekad orang lain. Semakin dewasa, mungkin semakin mudah pula orang akan memahami suatu keadaan, kecuali orang itu memang benar-benar acuh tak acuh. Sebenarnya aku ingin menjadi orang yang "peduli setan", tapi aku sadar sebenarnya tak selama kata itu akan membawaku ke kedamaian sesaat. Manusia adalah makhluk sosial, secara manusia membutuhkan bantuan bahkan makhluk hidup lainnya.
Baiklah, kembali lagi ke perkataanku awal, betapa kejamnya idealis seseorang. Selama ini, banyak sekali orang-orang yang kutemui , bahkan diriku sendiri yang pada awalnya mereka memiliki tekad yang kuat, ambisius untuk mencapai tujuan mereka. Dan seiring berjalannya waktu, tekad mereka perlahan mulai menurun hingga mencapai titik dimana mereka tidak ingin lagi mengejar tujuan mereka itu. Ada beberapa faktor yang menurut pemahamanku bisa membuat seperti itu, salah satunya ya itu tadi, idealis seseorang.
Orang mungkin tak pernah memikirkan hal itu pada saat mereka ingin mengejar tujuan mereka. Hingga mereka bertemu orang-orang idealis yang bisa menghambat mereka. Bahasa kerennya seleksi alam. Idealis disini yang kumaksud kolot, batu, keras kepala dan berbagai macam kata gantinya. Ibarat dua batu yang keras saling bertumbukan. Keras sudah jelas, dan pastinya salah satu batu itu akan ada yang terhempas atau bahkan hancur karena kalah keras dengan batu yang satunya.
Menurutku, sangat disayangkan saja jika ada orang yang mempunyai tujuannya masing-masing apalagi orang itu kompeten kalah dengan orang yang idealis kolot sok paling benar. Terlebih, setiap orang mempunyai perannya masing-masing, tapi jika orang yang ditakdirkan perannya untuk menjadi idealis semak lebih mendominasi? Hancur sudah dunia, perang takkan terhindarkan lagi. Sudah sok pintar, kolot, batu, keras kepala.