September 2019

Senin, 30 September 2019

Mesin

Selalu berpikiran, kenapa ya siklus hidupku sekarang ini benar-benar monoton, itu-itu saja yang dilakukan. Entah mungkin ini salah satu proses menuju kedewasaan atau memang perputaran saat ini memang seperti ini. Jenuh? Bosan? Ya sudah pasti. Tumbuh itu sudah pasti, tapi dewasa adalah pilihan. Terkadang mengenang masa-masa kecil dulu sedikit membuat hati bahagia, lalu muncul pikiran anak kecil sangatlah menyenangkan dan menjadi dewasa sangatlah payah, membosankan.
Sedikit aku akan bercerita tentang masa laluku. Ya, dari kecil memang sudah sering bermain kesana-kemari sehingga mungkin rasa bosan tidak pernah muncul sedikitpun di hati. Menjadi orang yang selalu disegani karena selalu mendapat predikat ranking 1 di kelas sudah jadi makanan sehari-hari, makanya besar kepala adalah sifatku yang dulu. Masuk ke masa SMP memang benar-benar berbeda. Kaget? Ya begitulah, memasuki lingkungan baru yang mana terlihat jelas antara orang akademis dan yang begajulan. Sifat besar kepalaku masih melekat dengan diriku, sampai pada suatu ketika aku merasa diriku tidak bisa bersaing dengan yang lain. Dan mencoba bergaul dengan yang, bisa dikatakan tidak terlalu akademis pun tidak bisa. Dan disitulah awal mula diriku menjadi orang yang introvert (awal kelas 8 SMP).
Peduli setan dengan dunia luar, itu yang selalu kupikirkan. Menonton anime, bermain video game, dan kegiatan yang tidak produktif lainnya menjadi kebiasaanku setiap harinya sampai-sampai orang tuaku mungkin sudah merasa gedeg melihat kebiasaanku dan akhirnya memarahiku. Menyentuh buku pelajaran pun tidak pernah sama sekali, tapi herannya masih saja ada yang lebih bodoh dariku (sifat besar kepalaku masih ada ternyata hahaha). Tapi ya tetap saja, kebiasaanku itulah yang membuatku menjadi buruk dalam bersosial, tidak bisa memahami seseorang bahkan dengan keluarga sendiri dan itu benar-benar menghancurkanku untuk ke depannya. Dan puncaknya adalah ketika aku habis-habisan dicaci, dimaki oleh ayahku sendiri, melihat kondisiku yang makin lama makin tidak terkontrol dan ya aku jatuh sejatuh-jatuhnya saat itu. Entah tidak memiliki rasa semangat sama sekali, tapi disitulah aku tiba-tiba seperti menemukan api dalam kegelapan. Coba belajar dan memahami mata pelajaran yang ada, yang pada akhirnya bisa membuatku menjadi peringkat 5 di kelas dan peringkat 3 nilai Ujian Nasional, padahal biasanya aku mendapat peringkat 20 di kelas. Tak terbayangkan, pada saat itu muncul ekspresi bahagia dan bangga dari orang tuaku setelah sekian lama. Padahal sebelum pengumuman aku sudah bicara baik-baik kepada ayahku jika hasilnya tidak memuaskan, aku memintanya jangan kecewa.
Skip, aku masuk ke salah satu SMA favorit di kotaku, Purwokerto. Ya menjadi kebanggaan sendiri bagiku bisa masuk ke sekolah menengah tersebut. Tapi tetap saja sifat introvert-ku masih ada dan jujur saja aku kesulitan dalam mencari teman. Dan dalam perihal akademis, mungkin awal masuk aku sangatlah mudah mengikuti mata pelajaran. Pada akhirnya aku merasa kalau aku harus bisa bersosial dengan baik, mencoba lebih terbuka dengan orang lain. Seperti dugaanku, aku benar-benar susah berbaur dengan yang lain dan aku orangnya menjadi mudah tersindir. Kemudian salah satu temanku mengajakku untuk mengikuti organisasi yang ada di sekolah dan aku berpikir mungkin jika aku ikut organisasi aku akan bisa dengan mudah bersosial dengan orang lain dan lingkungan. Benar saja, awalnya aku masih mengalami kesulitan tapi lama kelamaan aku bisa bersosial walau masih belum cukup dan mendapat banyak teman. Dan pada saat itu juga aku terlena, urusan akademisku tidak terurus sampai-sampai aku tidak tahu pelajaran dan pulang ke rumah pun sangatlah jarang. Aku lebih memilih bermain bersama temanku seperti mendaki gunung atau sekedar jalan-jalan daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Puncaknya adalah ketika di tahun akhir, aku benar-benar frustasi terhadap masalah akademisku, merasa tidak berguna, selalu dibanggakan tapi selalu berujung mengecewakan dan sering bermasalah dengan orang tua, ya karena sifat bandelku yang tadi. Dengan hasil yang tidak memuaskan sama sekali membuat diriku kecewa, apalagi dengan orang tuaku. Tapi tak apalah, setidaknya aku dapat pengalaman yang tidak terlupakan semasa SMA.
Dan akhirnya aku diterima di salah satu perguruan tinggi dengan jurusan yang dikenal masih kental akan kaderisasi, senioritasnya. Ya, keadaan seperti itu sangatlah membuatku bosan, down bukan karena kaderisasi, tapi kembali ke hakikat awal aku kuliah karena ingin menuntut ilmu, bukan ingin dikader, sifat introvert-ku yang sudah lama ingin kutinggalkan tiba-tiba kembali lagi. Aku menjadi tertutup dengan teman-teman baruku, dengan lingkungan baruku. Tapi dalam keadaanku yang seperti itu, aku berpikiran mungkin ini awal yang baik untuk membangun kembali cara bersosial. Karena jujur saja aku dalam public speaking masih sangatlah kurang, jadi kuputuskan untuk menjadi aktif dalam berorganisasi, aktif dalam kehidupan kampus. Awal mungkin aku tidak terbiasa dengan sistem organisasi jurusanku yang sangatlah berbeda dengan apa yang aku pelajari semasa SMA dulu. Mulai dari datang ke kampus pagi dan pulang tengah malam. Belum lagi kalau sudah masuk akhir periode, berangkat pagi pulang pagi. Dan dalam satu semester pun aku hanya bisa pulang 1 kali, bahkan tidak sama sekali padahal jarak rumah dengan tempatku saat ini tidak begitu jauh. Tapi, lama kelamaan aku menjadi terbiasa dan keluargaku di sana juga mulai mengerti.
Karena keadaan terbiasaku itu lah, yang kemudian membuat diriku merasa kalau siklus hidupku saat ini sangatlah membosankan, monoton. Merasa menjadi mesin karena ideologi diri sendiri, benar-benar mekanis, seperti sudah diatur sedemikian rupa. Cape? Ya jelas lah, bayangkan saja kembali ke kamar kos saja hanya untuk tidur, pun itu tidak sampai 6 jam. Aku juga sekarang mulai terbiasa untuk tidur kurang dari 4 jam, namun jika ada waktu luang akan kupakai untuk beristirahat, untuk sekedar membaringkan badanku dan jika beruntung bisa tertidur, haha. Seperti barang langka saja tidur disini, tapi kenyataannya memang seperti itu. Disamping aku berorganisasi, aku tidak mau menelantarkan akademikku, dan untuk saat ini IPK ku hampir menyentuh predikat cumlaude (semoga bisa yaa). Tapi tak apalah, aku selalu mencoba melihat ke sisi positifnya, ya karena softskill yang aku ingin bangun dan kembangkan. Dan aku sudah mulai merasakan manfaat dari ideologiku sendiri. Dari situ pula aku bisa mendapat beberapa relasi mulai dari alumni, jurusan lain, bahkan kampus lain. Ya, seperti tujuan awalku ingin bisa bersosial dengan baik.

Sabtu, 28 September 2019

Crow

I wanna be a crow!. I said whenever i see the birds and imagining how nice fly in the wide blue sky. Feels like, there are no burden  when they widen and flap their wings, soar high and higher in the sky.
Nevertheless, why do I want to be a crow than any other birds? Dunno, there are no reason, I just like them. Black, charming and mysterious.
Then, I realized from my wishful thought. I realized that I is me, Homo sapiens who trapped inside demonic circle. It's easier to get in, but more difficult to get out. Waste of time and vain efforts, got uncertained things. It's very very unfavorable. I messed up, I just wanna take a break from my business, my brain is beating very hard and feels like gonna explode. Just wanna put it somewhere colder than my head. Someone ever said to me, if it's worthless, why should you continue? That's really a difficult decision, (if could) I just want to leave this demonic circle. But, leaving is not a solution. All I gotta do just face it and stay alive!
Probably, I feel tired. Feels like getting nothing from what I've done. But, it's just my short-terms thought. I survived, still alive, means I'm that good! Hard to believe, it was a long way, so much struggles. But seeing my current self, I'm well good enough than yesterday, than a long time ago.